🏑 Kisah Ibrahim Bin Adham Dan Sebutir Kurma
Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain." "Tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebiji kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas."
Empatbulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada di bawah kubah Sakra lagi dan tiba-tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap-cakap. "Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain," kata malaikat yang satu. "Oh tidak lagi sekarang, sekarang doanya sudah makbul lagi.
Ibrahimbin Adham memberikan peringatan tentang penghalang terkabulnya Tuesday,1 Zulqaidah 1443 / 31 May 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar. Al-Quran Digital Nabi Muhammad Muslimah Kisah Fatwa Mozaik Kajian Alquran Doa hadist. Internasional. Timur tengah Palestina Eropa Amerika Asia Afrika Jejak Waktu Australia Plus DW.
Semuasetuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim. Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham kembali sudah berada di bawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain."
tasawuf #ibrahimbinadham #PublicspeakingUsai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke mesjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membel
Lihatlah, ini Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah yang doa-doanya selalu dikabulkan Allah," kata malaikat pertama. "Namun, kini tidak lagi. Doanya tertolak karena beberapa bulan lalu ia memakan sebutir kurma yang ditemukannya di dekat wadah timbangan seorang pedagang tua di Makkah," timpal malaikat kedua. "Astaghfirullah al-'azim! seru Ibrahim.
Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain," kata seorang malaikat. "Oh tidak, sekarang doanya sudah kembali makbul. Ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain.
Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara-gara makan sebutir kurma milik orang lain." "O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, dia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram kerana masih milik orang lain. Sekarang ia
Setiapmakhluk di alam raya ini memiliki rezeki sendiri-sendiri.
6BLo5Y. Kisah yang kental dengan nilai nilai sufi ini semoga dapat menjadi perenungan bagi kita. Bagaimana tingginya derajat zuhudnya dan kesholihan Ibrahim bin Adham yang dapat menjadi rujukan bagi kita dalam beramal dan bermuamalah. Berikut kisahnya *** Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Masjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat Masjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak di dekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya. “Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT,” kata malaikat yang satu. “Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram,” jawab malaikat yang satu lagi. Ibrahim bin adham terkejut sekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. “Astaghfirullahal adzhim” ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. “Empat bulan yang lalu saya membeli kurma di sini dari seorang pedagang tua. Kemana ia sekarang ?” Tanya Ibrahim. “Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma”. Jawab anak muda itu. “Innalillahi wa innailaihi roji’un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?”. Lantas Ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. “Nah, begitulah” kata ibrahim setelah bercerita. “Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?”. “Bagi saya tidak masalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya.” “Dimana alamat saudara-saudaramu? Biar saya temui mereka satu persatu.” Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim. Empat bulan kemudian, Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. “Itulah ibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain.” “O, tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas.” *** Sumber dengan sedikit perbaikan.
— Syekh Ibrahim bin Adham 718-782merupakan seorang sufi yang berpengaruh besar dalam sejarah Islam. Tokoh yang berdarah Arab itu lahir di Khurasan, tepatnya Kota Balkh, kini bagian dari Afghanistan. Keluarganya menetap di wilayah tersebut setelah bermigrasi dari Kufah, Irak. Dalam Tadzkirat al-Auliya, terdapat selayang pandang cerita yang tentang sifat amanah sang salik. Ibrahim bin Adham berkata, "Aku pernah menjadi seorang penjaga kebun. Pada suatu hari, sang pemilik kebun datang. Ia memintaku untuk mencarikan buah-buah delima yang masak. Aku pun mengambilkan untuknya sejumlah buah delima. Ternyata, buah-buahan itu rasanya masam. Maka, aku mencari lagi buah delima lainnya yang kupikir masak. Sekeranjang buah-buah ini kuberikan kepadanya. Rasanya masam juga. Majikanku berkata, `Bagaimana kau ini? Sudah lama menjadi penjaga kebun, tetapi masih tak bisa juga membedakan antara delima yang masak dan masam?' Kukatakan kepadanya, `Aku ini penjaga kebun. Tugasku bukanlah memakan buah delima, apalagi mencicipi mana yang masam dan yang masak.' Ia kemudian berkata, `Dengan sikap amanah ini, engkau pasti Ibrahim bin Adham.' Setelah itu, aku pergi meninggalkan kebun tersebut." Kisah lainnya menggambarkan kecermatan Syekh Ibrahim dalam hidup. Ia selalu mengutamakan warak, yakni menjauhi perkara-perkara yang syubhat, apalagi yang haram. Apabila barang yang dimiliki atau dikonsumsinya belum jelas betul status kehalalannya, pantang baginya untuk menikmati barang tersebut. Pada akhir musim haji, sufi tersebut baru saja usai menunaikan rukun Islam kelima. Ia berniat melanjutkan rihlahnya ke Baitul Makdis. Ingin sekali berziarah dan beribadah di Masjid Al Aqsa. Sebelum bertolak ke Palestina, Ibrahim menyambangi sebuah pasar di pinggiran bekal perjalanan, dirinya pun membeli sekeranjang kurma dari seorang pedagang tua di sana. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat ada sebutir kurma yang tergeletak di bawah wadah timbangan. Disangkanya, sebutir kurma kecil itu adalah bagian dari buah-buahan yang dibelinya. Usai membayar, ia pun langsung berangkat menuju Al Aqsa. Sesudah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya lelaki ini tiba di tujuan. Seperti biasa, dirinya memilih tempat ibadah di bawah atap Kubah Batu. Saat sedang berzdikir, tiba-tiba ia mendengar suara percakapan dua malaikat dari arah atas. "Lihatlah, ini Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah yang doa-doanya selalu dikabulkan Allah," kata malaikat pertama. "Namun, kini tidak lagi. Doanya tertolak karena beberapa bulan lalu ia memakan sebutir kurma yang ditemukannya di dekat wadah timbangan seorang pedagang tua di Makkah," timpal malaikat kedua. "Astaghfirullah al-'azim! seru Ibrahim. Ia sangat terkejut dan menyadari kesalahannya sufi ini bangkit dan bergegas pergi ke Makkah. Akhirnya, sampailah ia ke pasar yang dahulu dikunjunginya. Sayang, pedagang tua itu sudah meninggal dunia. Kini, yang menjaga toko buah tersebut adalah putranya. Setelah menjelaskan secara detail pokok persoalan, anak itu mengaku tidak mempermasalahkan buah yang telah dimakan Ibrahim. Namun, kata pemuda itu lagi, "Sesungguhnya, ayahku memiliki banyak anak. Jumlahnya 11 orang. Tidak hanya aku, tetapi ada juga saudara-saudaraku. Aku tidak berani mengatasnamakan mereka yang mempunyai hak waris yang sama denganku terkait dengan urusan Tuan ini." Setelah meminta alamat mereka masing- masing, Ibrahim langsung pergi menemui para anak almarhum itu satu per satu. Walau jarak rumahnya berjauhan, selesai juga permohonan maaf Ibrahim. Mereka semua setuju untuk menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka dahulu yang termakan sang mursyid. "Lihatlah, ini Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah yang doa-doanya selalu dikabulkan Allah." sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Ibrahim bin Adham Lahir di Balkh dengan nama Abu Ishak Ibrahim bin Adham pada tahun 168 Hijriah atau 782 Masehi. Ibrahim bin Adham merupakan seorang raja di Balkh yakni sebuah daerah tempat awal perkembangan ajaran Budha. Kisah Ibrahim bin Adham adalah satu kisah yang cukup menonjol di masa wal kesufian. Ibrahim bin Adham terlahir dari keluarga bangsawan Arab yang dalam sejarah sufi ia sangat dikenal karena meninggalkan kerajaannya dan memilih menjalani latihan pengendalian tubuh dan jiwa sama seperti yang dilakukan oleh Budha Sidharta. Dalam tradisi kesufian banyak menceritakan tentang tindakan keberanian, rendah hati, serta gaya hidupnya yang cukup bertolak belakang dengan kehidupannya semasa menjadi Raja Balkh. Dalam satu kisah setelah selesai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke masjidil Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari seorang pedagang tua di dekat mesjidil Haram. Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebiji kurma terletak didekat timbangan. Menyangka kurma itu bagian dari yang ia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu ia langsung berangkat menuju Al Aqsa. Empat bulan setelah kejadian itu, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, ia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia shalat dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba ia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya. "Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan Allah Swt," kata malaikat yang satu. "Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak karena 4 bulan yang lalu ia memakan sebiji kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram," jawab malaikat yang satu lagi. Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia tersentak, jadi selama 4 bulan ini ibadahnya, shalatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh Allah Swt gara-gara memakan sebiji kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim." Ibrahim beristighfar. Ia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. Begitu sampai di Mekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi ia tidak menemukan pedagang tua itu melainkan seorang anak muda. "Empat bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana ia sekarang ?" tanya Ibrahim. "Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berdagang kurma." jawab anak muda itu. "Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada siapa saya meminta penghalalan ?". Lantas Ibrahim menceritakan peristiwa yg dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. "Nah, begitulah" kata Ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orangtua itu, maukah engkau menghalalkan sebiji kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpa izinnya?". "Bagi saya tidak masalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatasi nama kan mereka karena mereka mempunyai hak waris sama dengan saya." "Dimana alamat saudara-saudaramu ? biar saya temui mereka satu persatu." Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui saudara-saudara pemuda tersebut. walaupun jarak satu dengan yang lainnya berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalakan sebiji kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim. 4 bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain." "Tidak.., sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebiji kurma yang haram karena masih milik orang lain. Sekarang ia sudah bebas." Sahabat bacaan madani yang selalu dirahmati Allah Swt. dari kisah di atas dapat kita mengambil kesimpulan, bahwa Islam mendidik umatnya untuk selalu memakan makanan yang halal. Sebab dengan makanan dan minuman yang tidak jelas kehalalannya bisa menyebabkan doa tertolak. Mudah-mudahan kita selalu di jauhkan dari makanan dan minuman yang diharamkan maupun yang subhat. Aamiin.
kisah ibrahim bin adham dan sebutir kurma